Kamis, 06 Maret 2014

Home Schooling VS Home learning

Harus nya aku bikin notes lain tentang home schooling yah, biar afdol. tapi kalau bikin notes tentang home schooling duluan teori home learning ku keburu ilang hehehehe

secara singkat dan padat, home schooling adalah sebuah sekolah alternatif yang dilakukan di rumah, tentu nya kurikulum dan cara belajarnya di tentukan oleh pembuat home schooling tersebut. Home schooling ini berkembang karena banyak nya para orang tua yang kecewa dengan sistem pendidikan. Apakah hanya di indonesia? oh tidaakk, Justru negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, Jepang, Singapura adalah pelopor home schooling ini, bukan Indonesia pelopor nya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketidak puasan orang tua terhadap lembaga pendidikan formal ada di seluruh dunia, karena memang tidak ada satu pun lembaga pendidikan formal yang sempurna sesuai dengan keinginan orang tua (sengaja di cetak tebal).

Sebagai orang tua, tentu saja saya pun menginginkan pendidikan super sempurna untuk putra-putri saya, kalau sempurna versi saya, pendidikan yang bagus adalah pendidikan yang tidak hanya mengutamakan nilai, anak harus benar-benar paham dan mampu menerapkannya, contoh ketika dia belajar fisika ilmu grafitasi, dia harus tau buat apa sih dia tau tentang ilmu grafitasi?  Sayang nya di sekolah anak hanya belajar teori rumus grafitasi, karena banyak guru kesulitan untuk implementasi dan penggunaan alat peraga. Nah biasanya di home schooling ini bisa di lakukan, pengajar bisa fokus sama materi dan anak.

Apakah saya menentang home schooling? TIDAK, sama sekali tidak.
hanya saja untuk anak-anakku saya punya konsep sendiri, bukan home schooling, tapi HOME LEARNING

Saya adalah guru terbaik
Jangan komplen yah :P . Saya adalah ibu, ibu adalah guru pertama dan guru terbaik. Home Learning versi saya adalah, pelajaran-pelajaran di sekolah saya godok kembali di rumah. Kalau di sekolah anak belajar dari ibu guru, di rumah saya adalah guru mereka.  Jujur saya bukan orang yang mempercayakan anak saya 100% terhadap lembaga formal.
Dulu waktu TK, guru TK menawarkan, pulang sekolah anak nya mau di les in bu? saya jawab "tidak" ,
"ooh sudah les di luar yah?" tanya guru nya
"tidak bu, les nya sama saya di rumah " jawabku nyengir...
banyak para ibu yang bilang,
"bu ririe mah enak, anak-anak nya mau belajar sama ibu nya. Anak saya mah ngelawan kalau di suruh belajar, belom lagi saya gak sabaran, ya udah lah les aja, tinggal bayar beres"
Ketika SD, di SD yang sama dan nilai anakku lumayan, kembali di tanya,
"les di mana bu? "
"nggak les, saya guru les nya"
"ooh dari dulu gak pernah les yah? enak bu ririe mah sempet, saya gak sempet, juga pelajaran sekarang susah-susah, bla-bla-bla"

Nyengir saja lah...ada sejuta alasan memang untuk berkata tidak dalam mengajari anak, kadang kala saya juga ada di titik lelah, emosi, sakit dan lain-lain (terutama kalau tanggal tua yah hahahahahaa). Anak tidak mau belajar dengan ibu nya?? oh, anak-anak saya hanya mengenal 2 guru saat ini, guru di sekolah dan guru di rumah. mereka tidak punya pilihan untuk berkata tidak, hanya ada saya atau ayah nya yang mengajari jadi bagaimana mungkin mereka menolak? Begitu pula saya, saya begitu banyak menuntut yang tidak sesuai dengan versi orang lain, maka saya juga tidak punya pilihan selain mengajarkan anak-anak saya sendiri. Misal, kalau versi sekolah, anak harus menurut jadwal dan sesuai buku, versi saya anak boleh belajar apapun yang dia suka baru mengerjakan PR nya, dalam belajar tentang termodinamika misal nya, anak boleh belajar dengan tayangan di you tube atau alat peraga yang di buat kan ayah nya. (bayangkan kalau saya menuntut ini di sekolah, bisa di bilang, wani piro??!)

Kalau perkara anak mau belajar atau tidak, ketahuilah bahwa para mahasiswa yang duduk di bangku kuliah juga pada males belajar. Teori saya kembali pada siapa mereka, mereka adalah anak-anak saya, maka saya lah orang yang paling mengerti selah nya, saat anak lagi bete ya pake mas google untuk mencari alat peraga atau ajak mereka membuat alat peraga tersebut, berantakan-berantakan dikit gak masalah lah.

Sempat atau tidak sempat itu relatif banget, kalau orang punya 3-6 anak, saya punya 200-300 anak yang bergantian tiap semester hehehehe, belom lagi saya punya banyak custumer yang harus di layani, dan ada suplier yang harus di kejar. Balik lagi, karena tidak ada orang yang bisa mengajari anak saya seperti saya mengajari mereka, yaa saya gak punya pilihan lain.

Kenapa saya tidak home schooling, ujung-ujung nya sama tho, ngajari anak juga?
The simple answer, Ribet nanti pas ujian persamaan. hehehehe, Karena bagi saya juga sama saja. Kenapa saya harus home schooling, sedangkan hasil dari home learning sudah memuaskan? karena home learning inilah saya tidak menuntut banyak ke sekolah, Mengapa anak saya belajar nya begini? mengapa begitu? Saya yakin, sekolah tidak akan bisa memuaskan standar saya, karena itu bukan sekolahan milik saya hehehe, dan menuntut guru memperhatikan hanya anak saya saja di sekolah? itu juga tidak mungkin...guru di target dengan kurikulum dan jumlah siswa.

Semoga saya bisa terus mendampingi mereka...
*jika ada ejaan yang salah, mohon di maafkan, karena mengetik dengan tablet dan cepat-cepat.
*jika mau di share, silakan saja, tapi mohon cantumkan link nya yah,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar