![]() |
foto dari images.google.com |
"Kalau Bunda tak ada aku sama siapaaa..?"
Kalimat itu sangat mencekikku, membuat napas sesak dan kepala sakit seolah terhantam palu.
"nggak mau punya ibu tiri! ibu tiri jahaaattt"
"Kalau Bunda Mati aku mau ikut mati ajaaahhhh..."
Duuh gustiii, dengarlah doa hambamu. Semoga kau ambil nyawaku ketika anak-anakku siap ku tinggalkan, Tolong katakan pada malaikatmu agar jangan mengambil nyawaku saat ini, saat anak-anak masih butuh pelukkan ku. Membutuhkan belaianku dan kehadiranku. Akankah kau mau teken kontrak dengan ku?
Rasanya semua usaha, semua perjuangan dan semua kata-kata habis sudah kalau kita membahas tentang kematian. mati..tiada tersisa kecuali nama, tulang pun akan kembali menjadi tanah, dan tanah pun akan segera lupa dengan jasad kita yang sudah dimakan rayap. kalau AA gym, Mas Jefri dan mamah dedeh selalu bertanya, "apa sih yang akan kita bawa saat kita mati??"
kalau mbak ririe punya pertanyaannya beda, "SIAP KAH orang-orang yang kita tinggalkan jika kita mati??"
Ketika SK pemecatan kita sebagai seorang istri dan seorang ibu sudah di tanda tangani oleh Nya.
mari menengok ke seharian kita, adakah yang bisa berhitung pekerjaan para ibu? di mulai bangun pagi, menyiapkan sarapan, persiapan anak sekolah, suami kerja, ngecek pak supir yang antar jemput anak, kasih pesen ke embak, berangkat kerja, pulang kerja seabreg pekerjaan, seabreg tanggung jawab, yang tak kunjung ada habis nya.Pernahkan berbagi pada suami tercinta akan tanggung jawab yang seabreg-abreg ini? Ataukah hafalkah para ayah akan jadwal anak dan kebutuhan anak? Jika Kita belum memulai, mungkin ini adalah saat yang tepat ...
Mengapa? Mengapa kita musti membagi hal-hal (yang katanya) adalah jalan surga untuk wanita? Jawabannya adalah so simple: Karena kita tak akan hidup selamanya. Karena Malaikat belum tentu mau teken kontrak perpanjangan umur sama kita. Pernahkah terfikir, kalau nyawa ini sudah pisah dari badan sudah kah kita persiapkan ayah untuk mengemban tanggung jawab yang sering kita lakukan? Siapkah mental ayah mendengar rengekan dua balita, atau pertempurang yang membuat sakit telinga di saat pulang kerja? ataukah hafalkah ayah makanan apa yang boleh di konsumsi anak dan yang menyebabkan alergi? atau jika anak kita masih menyusu, tahukah ayah setelah gentong ASI di kubur, bayi kita akan di beri minum apaa, ketika si kecil demam taukah ayah bagaimana cara P3K nya? Yang paling penting, siapkah ayah untuk mencari pengganti kita bukan hanya sebagai istrinya, tapi wanita itu harus menjadi ibu dari anak kita?
Aduuuh merinding nyaaa, ngomongin mati hari gini :DTapi sebagai ibu aku lebih merinding membayang kan orang-orang yang ku cintai berantakan tanpa aku. Persiapan mental itu paling penting. Anak-anak harus mengerti bahwa tidak selama nya orang tua nya ada memeluk mereka dan mendampingi. Mereka harus paham dan harus selalu di berikan pemahaman, tak selamanya tangan kita yang bau bawang ini bisa menyuapi mereka, dan ketika mayat sudah dikubur mereka harus bisa makan dengan tangan sendiri karena belum tentu ayah atau pun siapa pun yang menjaganya mampu menyuapi sesabar kita. berat rasanya saat ini (mmhh emang kudu di mulai saat ini kayaknya) memberi pengertian : "naak..kalau ibu mati, ayah mu membutuhkan teman hidup, dan wanita itu yang akan menjadi ibumu, sayangi dan patuhi ia, seperti engkau menyayangi ibumu ini..." Karena sebagai ibu kita pasti tak mau melihat anak-anak kita meneruskan hidup dengan memendam dendam kepada ayahnya karena menganggap 'ayah menghianati ibu' atau pasti kita tak mau melihat anak kita berusaha keras melawan orang yang ia pikir telah mengambil posisi ibunya, padahal wanita tersebut telah berusaha untuk menjadi ibu dari anak kita.
Ketika Sang Pencipta menginginkan ku kembali padanya, perjalanan ku sebagai manusia terhenti sampai di titik itu. tapi tidak bagimu anakku. Bertahanlah dan berjuanglah untuk tetap menjadi yang terbaik walau tanpaku di sisimu, Meneruskan hidup dengan doaku, untuk menjadi sosok berprestasi yang membanggakan agama dan dunia. Hidup itu tak pernah kejam juga tak pernah sulit. semoga di umurku yang sedikit untuk mengurusmu, aku telah cukup menanamkan persiapan untukmu menghadapi dunia ini tanpa aku. dan pastinya ku tunggu selalu doamu untuk mengharumkan kuburku"
Duhai belahan hatiku, ayah dari anak-anakku, ketika jasadku ini terbujur kaku, maka kulimpahkan semua pengurusan buah hati kita padamu. jagalah dengan sepenuh hatimu, dengarkanlah keluh kesah mereka, teriakan mereka dan tangis mereka. dan ketika kau memilih teman hidupmu selanjutnya, maka ingatlah mereka juga membutuhkan seorang ibu.
Bekasi17 mei 2012
termehek-mehek tengah malem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar