Sabtu, 06 Juli 2013

Brain down Shifting Syndrom

Brain down Shifting Syndrom

by Ririe Sri Mulyati (Notes) on Friday, May 13, 2011 at 12:25pm


10 tahun lebih luntang-lantung di dunia psikologi pendidikan 10.000 % saya yakin bahwa : Setiap orang tua menginginkan sang anak menjadi juara kelas di sekolahnya. menjadi anak pintar secara kognitif.
memang sungguh membanggakan,
ketika menerima piala juara kelas di hadapan para guru dan orang tua lain. Rasanya bahagia bisa nyengir di hadapan orang tua lain yang menatap iri dan ketika turun panggung aku pun menikmati di tatap dan di salami "selamat yaa....."(hehehehehehehe...anakku juara 3 gitu lho, jadi rasa yang terungkap adalah pengalaman pribadi kwkwkwkwkwwk). Hanya saja, karena keinginan tersebut kita menjadi egois sebagai orang tua, meminta anak untuk belajar lebih, berflashcard ria di umur yang bahkan belum menginjak usia 1 tahun, menyekolahkan anak di sekolah berkurikulum baca tulis dan lain sebagainya.
upps, jangan salaaahh..saya TIDAK ANTI pada sekolah PAUD/PG lho...bahkan anak pertama saya pun saya sekolahkan di dini usia dengan berbagai pertimbangan. tentunya sekolah PAUD saya saya pilih bukan yang berkurikulum baca tulis, lebih kepada brain GYM. (sekolah apa tuuh???? bahas nanti aja dahh, malah ngalor ngidul)

Brain down Shifting Syndrom adalah kondisi menurunnya kinerja otak, akibat perlakuan dari lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan potensi otak. ini disebut juga dengan kognitif down Shifting

beberapa ciri-ciri yang khas adalah:
  1. Turunnya prestasi belajar
  2. Turun atau tidak semangat belajar
  3. Menghindari sekolah dengan alasan sakit tapi anak tampak baik-baik saja
  4. Disekolah anak terlihat lesu di saat kegiatan belajar-mengajar tapi bersemangat ketika istirahat dan bermain
  5. Pembangkangan terhadap orang tua (ini sebagai pelampiasan rasa frustasi anak)

beberapa penyebab Brain shifting yang paling dominan adalah:
  • belajar baca-tulis di usia dini.
Membaca abjad adalah suatu kegiatan yang memaksa otak untuk memahami simbol-simbol tertentu. tahapan membaca dan menulis rasanya agak sulit untuk digambarkan secara tegas, salah satunya karena proses berpikir dan belajar anak yang dinamis dan non-linear. Di usia dini 0-4 tahun ketika anak di ajari baca-tulis memori di otak akan memaksa nya untuk menjadi statis. Pola yang tidak sesuai dengan perkembangan otak inilah yang akan menumpuk dan kemudian stuck di usia SD/SMP, padahal di usia tersebut justru usia seharusnya anak bisa menyelaraskan kinerja otak kiri dan kanan.
karena keterpaksaan otak untuk berfikir statis di usia 0-4, maka tumpukan bagian otak dinamis yang tidak terstimulus muncul dan terjadilah brain down shifting, sebuah keadaan dimana otak merasa jenuh hingga akhirnya menurunnya kinerja otak.
untuk usia dini, menggambar /mencorat-coret lebih tepat dilakukan. Kalau anak banyak menggambar, motorik halusnya akan banyak terasah, membantu dia saat nanti menggoreskan bentuk-bentuk huruf. Apa yang digoreskannya di gambar adalah gagasan-gagasan dia saat nanti bisa sudah mampu menuangkan gagasannya melalui tulisan.
setelah menggambar, tahapan selanjutnya adalah pura-pura menulis awal (pretend writing) yaitu anak-anak atas inisiatifnya sendiri ingin menulis sesuatu
kemudian Pura-pura menulis lanjut,  anak-anak ingin menulis sesuatu dan mulai menuliskan bentuk-bentuk mirip huruf walaupun masih terbalik penyok-penyok, miring, gak berbentuk huruf, acak kadut dll.
Tahap selanjutnya Meniru tulisan : anak-anak meniru tulisan yang dilihatnya, atau dicontohkan tutor (ayah/bunda/kakak) atas ide anak sendiri. kemudian Menulis mandiri awal dimana anak-anak mulai mencoba menulis sendiri dan masih perlu dibantu tutor bentuk-bentuk huruf yang belum betul-betul diingatnya. terakhir menulis mandiri : anak-anak menuliskan sendiri gagasan pemikirannya atas inisiatifnya sendiri.
  • Sekolah di dini usia yang berkurikulum baca tulis.
Penjelasan nya sebenernya kurang lebih sama dengan yang diatas. Intinya adalah memaksa anak untuk berfikir statis dan linier. Padahal otak anak usia 0-4 bulan memerlukan banyak stimulasi untuk mengetahui, memuaskan hasrat otak untuk menemukan sesuatu yang baru kemudian  berpindah lagi ke pengalaman baru dengan tidak monoton.  Saya tidak mengatakan sekolah di usia dini itu salah. Tetapi, sebagai orang tua kita harus mencari sekolah yang berkurikulum sesuai dengan kinerja otak,  karena ini menyelamatkan anak kita di usia SD/SMP. Banyak sekali sekolah yang masih salah mengartikan Belajar  Sambil Bermain atau  Bermain sambil belajar, untuk anak usia dini yang tepat adalah BERMAIN UNTUK BELAJAR.  Karena dengan bermain mereka belajar.

“anak saya seneng kok sekolah, dia bahagia” .  Mari kita lihat dari kacamata sang anak. dia senang, karena bertemu banyak teman dan banyak permainan di sekolah.  Tapi ketika waktu belajar, dia hanya mengikuti perintah guru saja.  Proses mengikuti ini yang harus kita waspadai, sudahkan guru di sekolah memberikan makanan yang sesuai bagi perkembangan proses otak anak kita ?

“ah, di luar negeri anak-anak bayi juga di sekolahkan kok”  Betul bunda…di US, atau Singapore (kalau bicara pendidikan ASIA kita bisa ngambil Singapore atau jepang) juga banyak anak-anak yang bersekolah didini usia dan sukses besar. TAPI dengan berat hati saya katakana, kurikulum mereka berbeda dengan kita. Di US, anak bayi di sekolahkan isi nya pelajarannya adalah merangkak, melompat, melewati sebuah balok, bernyanyi, bersorak, menanam, berenang.  Di Indonesia  cuma beberapa glintir yang pakai sistem ini dan cap Mahal pula, kebanyakan paud UUB (ujung-ujung nya baca). 

“ah bunda ririe sok tau”, issshhh daaah…Perlukah daku berikan kartu identitas, who I'm?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar