FENOMENA Cinderella Complex dan Peterpan Syndrome
Pernah nonton film cinderella? Atau minim pernah denger cerita nya?
Nggak? ? Waduuhh ndeso parah! Hahahahaha....Seluruh pelosok penjuru negeri pastilah tau siapa cinderella. Yuuppss, gadis cantik yang rajin bekerja, baik terhadap sesama, lemah lembut, pokok nya semua yang baik2 ada di dia deh. Sayang dalam perjalanan hidup nya dia musti jadi pembantu. Untunglah ending cerita nya ada peri yang baik hati yang menolong ia untuk pergi ke pesta seorang pangeran dan akhir nya pangeran datang dan menikahlah menjadi seorang permaisuri.
Kemajuan dunia sosial media kayak fb, tweeter membuat semua orang jadi gampang mengeluh, senang berhujat di status. Karena itu sosial media, jadi saya bisa bilang, mengeluh, berhujat, bertengkar dan berdebat kusir di muka umum. Positif nya dari sisi saya, ini adalah celah saya untuk belajar tentang hidup dari orang lain, Belajar itu gak semua nya harus dari pengalaman sendiri toh? selain amit-amit punya pengalaman kayak gitu, kita pun gak punya umur panjang buat memiliki semua pengalaman-pengalaman tsb. Coba aja masuk dalam suatu grup di facebook misalnya, dalam sehari bisa di hitung ada berapa banyak seorang istri yang mengeluh. Baik keluhan ekonomi, kelakuan suami, orang tua, mertua, bahkan ranjang. Wowwww.....
Yuuks, simak curhat nya, :
"Aduh, gimana nih mak baru pertengahan bulan duit udah abis, suami gak mau tau, mana saya gak bisa bisnis karena masih punya bayi umur 1 tahun"
"Rasa nya gak kuat aku mak kalau terus menerus begini tinggal sama mertua, semua kerjaan aku yang mengerjakan, ipar ku nyantaii banget, giliran aku mau nyantai dikit aja udah di cemberutin"
"Mungkin kalau aku dulu jadi menikah sama mantanku, hidupku gak begini-begini amat ya mak, sedih kalo inget begini"
Dan lain-lain, dan lain-lain..
Mungkinkah cinderella syndrom ini mulai merebak di indonesia? Apakah kemajuan teknologi sosial media ini ada kolerasi nya dengan wabah cinderella complex dan peterpan syndrom ini? (nanti kita suruh mahasiswa psikolog aja yang bikin penelitian buat skripsi judul nya kolerasi antara sosial media dan cinderella complex)
Pengusung cinderella compleks ini adalah seorang therapist dan psikiater bernama Colette Dowling, sebenernya kalo dia mengupas tentang women's fear of independence sih, tapi versi independence ku sama dia agak berbeda, menurutku, wanita yang merdeka adalah wanita yang dapat menjadi ibu negara yang baik di kerajaan masing-masing.
Mari kita bedah karakter cinderella,
Cinderella adalah gadis yang penurut, dan hanya bisa menangis ketika memiliki masalah, hidup nya hanya mengenang " jika ibuku masih ada, jika ayahku masih ada", memiliki teman laki-laki yang ternyata pangeran, karena kebaikan hati cinderella ini ada seekor peri yang memperhatikan. Ketika pangeran tersebut menggelar sebuah pesta untuk mencari pendamping hidup, ibu peri inilah yang menolong cinderella secara ajaib dengan term condition jam 12 malam harus pulang. Saking buru-buru nya sepatu nya terlepas, dan berbekal sepatu itulah sang pangeran akhir nya menemukan cinderella.
Kalau dari psikologi, anak perempuan yang cantik dan baik hati itu, sesungguh nya adalah wanita yang lemah. Mengapa? Karena sampai ia dewasa, dia tidak bisa membebaskan dirinya sendiri, tidak bisa mencari penyelesaian atas masalah nya. Sebentar-sebentar menangis, sebentar-sebentar meratap dan mengeluh sama hewan dan bintang di langit. Siapa yang mengeluarkan nya dalam masalah? Dia adalah ibu peri. Bukan atas usaha si cinderella sendiri. Keajaibanlah yang akhir nya mengeluarkannya dari masalah.
Mirip-mirip dengan banyak ibu muda yang curhat di forum yang seperti nya mengharapkan keajaiban ibu peri. Selalu merasa lemah tak berdaya, mengeluh dan mengeluh. Ambil contoh keluhan ekonomi (umum dan semua rumah tangga merasakan) , ketika dia mengeluh biasa nya ada yang komen :
"Ikutan bisnis ku aja yuuk" kalau yang ngajak mlm,
Jawab cinderella fb : "aku gak pinter ngajakin orang buat mlm"
"Jualan online aja, jadi dropshipper " kalau yang ngajakin punya os dan lagi nyari cust,
Jawab cinderella fb: "gak punya modal, lagian gak punya gadget atau komputer buat cek2 ongkir, trus nyari suplier nya susah"
"Jualan kecil2 an aja di rumah, kayak pop ice, gorengan, dll. Aku juga gitu, lumayan buat tambahan uang makan" kalau yang komen punya usaha kecil di rumah
Jawab cinderella fb: "aku punya bayi umur 11 bulan, gak bisa di sambi buat jualan atau bikin gorengan"
See...cinderella fb ini mengharapkan ada nya ibu peri atau keajaiban datang trus ngasih segepok duit buat dia alih2 berusaha bantu suami mencari tambahan. Semua jalan seolah tertutup untuk nya. Padahal nenek2 kita jaman dulu anak 1 lusin masih sempet ke sawah buat bantu kakek. kemauan untuk keluar dari masalah inilah yang mulai terkikis atau kemauan mungkin ada, tapi gak mau usaha yang maksimal, mau nya hanya bersantai dan masalah selesai. umur 11 bulan gak bisa nyambi bikin gorengan? uhuuuyy...anakku umur 5 bulan udah bolak-balik tanah abang - mangga dua, ikut emak nya blusukkan berjuang.
Atau kasus mengharap prince charming yang datang mencari cinderella,
Dalam kehidupan nyata, pangerang itu takkan pernah datang sendiri, kita yang harus mendatangkannya, menjadikan suami kita sebagai pangeran.
Cinderella ini termasuk malu lho sama dirinya sendiri, gak mau mengakui identitas nya sendiri, malu sama kenyataan. Sama sekali tidak berusaha agar si pangeran tau bahwa dia lah putri di pesta, di suruh ibu tiri nya masuk kamar yoo masuk aja. Coba kalo aku, wuiih pasti langsung ku datengin ke istana bilang, "helloo pangeran, ini gue lhooo walaupun gak punya duit tapi gue baek, dan cantik. mau kan sama gue??",
Atau pas lagi dansa pasti langsung ku kasih alamat atau minimal nomer hp gitu, trus bilang : "jangan lupa telp aku yaaa "
Semua anak perempuan, pasti bermimpi kelak akan ada pangeran kaya yang nantinya mendampingi dalam hidup, pangeran yang bisa memboyong ke rumah yang lebih besar lengkap dengan mobil mewah, dan supir pribadi. Kalo jaman sekarang tipe-tipe Abu Rizal Bakri kali yah, atau Bill gate,( atau anaknya mereka lah dah kalo bapak nya gak dapet)
Tapi kita harus bangun dari mimpi dan mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. Kalau dapet nya suami yang belom bisa beliin rumah dan tinggal sama mertua, yaa begimana lah cara nya biar akur sama mertua dan ipar, kalo gak bisa akur yoo ngontrak ae, dengan tetap dukung suami biar bisa cepet-cepat beli rumah. Setiap kendala dalah rumah tangga itu pasti ada, dan gak usah lah kembali mengingat pangeran yang tak pernah datang dalam hidup kita biar senantiasa hati di aliri rasa syukur. Jadi perempuan emang harus kuat bu...kita adalah tiang di rumah tangga.
"Lhooo tiang itu kan harus berdiri di pondasi yang kuat juga biar kokoh."
Betul, harus berdiri di pondasi yang kuat, dalam hal ini suamilah yang sebagai pondasi. Jujur tertegun juga sih kalo membaca curhat nya,
"Suamiku udah gak kerja, gak mau bantu juga kerjaan rumah, malu aku sama orang tuaku, kami masih tinggal sama orang tua"
Atau,
"Kalo mau berangkat kerja aku belom rapi bikin sarapan, pasti suami ku cemberut, padahal aku masih sibuk ngurus anak-anak"
Atau,
"Pulang kerja aja udah malem jam 6 jam 7. Bukan nya temenin anak main malah pegang BB aja terus, kalo sabtu-minggu nge game gak abis-abis, pengen ku buang juga itu andro nya, aku kan juga pengen sesekali istirahat, mentang-mentang dia kerja aku di rumah"
Ternyata, banyak juga para laki-laki eh suami yang terjangkiti peterpan syndrome. Gak siap menjadi tumbuh menjadi orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Suami sebagai pondasi sebuah rumah, tempat bergantung, dan pelindung, bukan lah anak pertama dari sebuah rumah tangga (seringkan denger sebutan suami =anak pertama?), emang jadi kayak peterpan yah kalau di pikir-pikir.
apa sih karakter peterpan?
Peterpan adalah tokoh dongeng seorang remaja laki-laki tampan dengan senyum menawan, tidak pernah tua karena selalu mengisi hari-hari nya dengan bermain. Kehidupan bebas tanpa aturan, selalu mendapatkan apa yang di inginkan, selalu bermain dan bersenang-senang dengan teman-teman nya yang tidak pernah tua juga, memili seekor peri bernama tingkerbell yang selalu menolong dengan keajaiban, sehingga bagi peterpan, hidup tanpa orang tua bukanlah hal yang susah.
Menurut kajian Psikologis :
In psychology, Peter Pan Syndrome refers to younger generations' perceived unwillingness to grow up and their corresponding alleged immature behaviors (note: Peter Pan Syndrome is not a clinically recognised mental disorder). This syndrome is said to be most prevalent in the generation born in the late 1980s and 1990s where the development of a sense of responsibility allegedly does not occur nearly as early as it used to. Possibly contributing factors might include over-protectiveness of modern parents, rising costs of living, and increased difficulty in finding satisfactory partners.Jadi, laki-laki yang mengidap gejala peter pan syndrom ini adalah laki-laki yang tingkah nya tetep kayak anak-anak, gak siap tumbuh jadi laki-laki dewasa yang memikul tanggung jawab, gak siap jadi suami dan gak siap jadi seorang ayah yang harus bantu istri mengurus dan mendidik anak. Kebutuhan hidup minta di layani, kayak masih bujangan gitu, mau makan sudah siap di meja, mau pakai baju sudah rapi di atur sama ibunda tercinta, libur sekolah maen bola sama temen-temen nya atau nge game di PS, Ckckckckckc.
Padahal seharus nya ketika tangan di jabat dalam upacara pernikahan, seorang laki2 berarti telah siap menjadi tempat bergantung, siap menyediakan aneka kebutuhan baik jasmani dan rohani untuk istri dan anak2 nya, apapun keadaan istri dan anak nya.
Siapa sih laki2 yang tidak ingin hidup bagai di surga, makan langsung tersedia, tanpa perlu bekerja keras mampu beli mobil, rumah mewah, full pelayanan lahir batin?
Hohohoho...sayang nya itu semua hanya ada dalam angan2, dalam dongeng saja. Gak ada satu pun di dunia ini hadir tanpa usaha. Hidup ini adalah berjuang, yaps berjuang sampai keringat terakhir. Waktu nya menutup buku cerita dan kembali ke dunia nyata. Hasrat alami ini tidak boleh di pupuk sampai berkembang apalagi berkembang biak.
Memang bisa di pupuk? Bisa...
Kenapa cinderella compleks dan peterpan syindrom ini sampai mewabah? Kata para psikolog adalah ini karena para tua yang memupuk ke dalam jiwa anak dengan cara membiarkan anak untuk tumbuh dalam jiwa ke tidak mandirian, membiarkan si anak tumbuh dalam dunia impian tanpa membangun kan nya. Waduuuh, ojo sampe lah anak2 ku berkembang biak dengan syndrom ini.
Tentang budidaya syndrom ini pada anak, lanjut entar yah ...
**********
Makasih yang mampir-mampir, semua orang bebas untuk berpendapat, bebas untuk sepakat atau sepakat untuk tidak sepakat.
referensi
referensi
- Colette Dowling (1981). The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence. Simon & Schuster. ISBN 0-671-73334-6
- Sharon Jayson Analysis: 'Boomerang' generation mostly hype USA Today 3/14/2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar